Talkshow UIN Maliki Malang : Manajemen Krisis Pandemi Covid-19

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

Berbagai upaya dilakukan untuk menangani kasus penyebaran corona virus disease 2019 ( Covid-19). Seperti halnya yang dilakukan oleh jajaran pimpinan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sebagai salah satu usahanya melalui media sosialisasi, baik kepada warga kampus UIN utamanya dan masyarakat luar pada umumnya. Maka dengan kreatifitas yang solutif diadakan talkshow interaktif dengan tema “Management Krisis, Kasus covid-19”. Acara tersebut bertempat di depan Kantor Pusat, Gedung Rektorat UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Jumat(27/3).

Tidak tanggung-tanggung, talkshow interaktif yang diisi diskusi sambil berjemur bersama kali ini mendatangkan narasumber, yakni Prof. Dr. dr. Yuyun Yueniwati PW, M.Kes, Sp.Rad(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran UIN Maliki Malang, dr. Christyaji Indradmojo, dosen Fakultas Kedokteran UIN Maliki Malang sekaligus Ketua Satgas Covid-19 UIN Maliki Malang, Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si, Wakil Rektor UIN Maliki bagian AUPK dan Prof. Dr. Suhartono,S.Si, M.Kom, Guru besar UIN Maliki bidang Ilmu Komputer.

Dalam paparannya sebagai narasumber pertama Prof. Yuyun sapaan akrabnya menjelaskan secara singkat namun detail terkait apa itu sebenarnya virus corona. “Ini memang virus baru yang di temukan di daerah Wuhan, China pada bulan Desember 2019 sehingga namanya adalah Corona Virus Disiases 2019 ( Covid-19). Selanjutnya dokter yang juga mengabdikan diri di Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang ini menghimbau agar semua khususnya pihak yang berada di ranah akademisi harus tetap waspada namun tidak boleh panik. “Karena kita yang di kawasan akademisi itu adalah role model bagi masyarakat”, ucapnya menirukan perkatakan Prof, Haris saat pembukaan acara.

Pasalnya, memang sejak tanggal 11 Maret 2020 yang lalu, pemerintah telah menyatakan bahwa penyebaran wabah virus corona ini pada level pandemi. Karena penyebarannya sudah di banyak negara. Meskipun demikian, pada virus memang memiliki infeksi yang tinggi, tetapi sebenarnya memiliki angka mortalitas yang rendah. “Cepat sekali menular atau menginfeksi ke orang lain namun memiliki angka kesembuhan yang tinggi”,jelasnya. Sehingga pada orang yang positif terjangkit virus corona sesungguhnyamemiliki angka kesembuhan yang tinggi.

Selanjutnya dari paparan dr. Christyaji menjelaskan tentang sekilas wabah virus corona itu merupakan bagian dari bencana. Namun, Covid-19 ini sudah dinyatakan sebagai pandemi, karena merupakan suatu bencana dengan karakter khusus. Maka sebenarnya laju pengaruhnya secara progresif. Sifatnya berjalan secara pelan-pelan dan puncaknya bukan yang sekarang atau hari ini melainkan akan berada di hari ke depannya. Oleh karena itu, ada tiga fase, yakni pra-krisis- fase krisis dan pasca krisis. Pada fase krisis maka dibutuhkan kesadaran bersama. Baik dari pemerintah mapun masyarakat. Secara singkat yang perlu dilakukan adalah besama-sama membahu menangani virus itu saat di fase krisis. Beberapa upaya preventif bisa dilakukan guna terhindar dari penyebaran virus corona dengan mengetahui tiga faktor penyebab pandeminya, yakni ancaman virus itu sendiri, kerentanan masyarakat dan berkurangnya fasilitas.

Sebagai ketua Satgas Covid-19 UIN Maliki Malang, ia menyarankan untuk mensikapi pandemi virus corona itu, sebisa mungkin lebih baiknya meninggalkan pada faktor yang pertama yakni ancaman dari Covid-19. “Memilih menjauhi virus tersebut! Itu pilihannya”, ungkapnya. Salah satu usaha menjauhi ancamannya yakni dengan social distansing atau fisical distansing. Bisa diartikan menjaga jarak ketika bersosialisasi dengan orang lain. Sehingga menurut dosen muda itu, sikap tersebut merupakan jalan yang solutif dan lebih aman daripada melakukan tindakan yang kurang bijak sekali menggerakan diri mendeklarasikan untuk melawan virus.